Artikel ini dari blognya teman, barangkali bermanfaat.
Rasanya hampir semua orang dewasa, termasuk kita pernah berkunjung ke kuburan. Tapi mungkin saja ada yang belum pernah?? Pernahkah anda melakukan pengamatan terhadap kuburan? Kesan apa yang anda dapatkan? Seram..? tidak juga ya.. ?
Rasanya hampir semua orang dewasa, termasuk kita pernah berkunjung ke kuburan. Tapi mungkin saja ada yang belum pernah?? Pernahkah anda melakukan pengamatan terhadap kuburan? Kesan apa yang anda dapatkan? Seram..? tidak juga ya.. ?
Kuburan
kalau kita amati bukan hanya suasana seram saja yang ada. Coba amati
baik-baik.. buang lebih dulu rasa 'seram' kita. Memang sih, kalau
pengamatannya dilakukan dimalam hari bisa bikin ngeri bin seyem..Apalagi
kalau dilakukan sendirian dan dimalam jum’at kliwon... waoww..!!
Bayangan tentang kuntilanak, wewe gombel, hantu pocong, akan
berseliweran di benak kita.
Untuk
mengurangi 'kesereman' coba amati di pagi hari, suasananya sangat
tenang dan damai, tumbuh subur pohon kamboja dengan bunga dwiwarnanya
disana.. terkadang tiba-tiba tercium bau harum yang semerbak.. Hmm..
jangan berpikir jauh dulu. Jangan biarkan ”Realitas Internal” anda
mempengaruhi pengamatan anda. Ada pula pemakaman yang dilengkapi dengan
taman-taman yang rapi dan indah.. Sungguh suasana yang sangat
mengasyikkan. Asyik buat berdua-duaan.. buat para jin mangsudnya lho..
he..he..he..
Itu
semua adalah pemandangan yang kasat mata. Bagaimana dengan kehidupan
'behind the screen'? Kehidupan yang hanya bisa dilihat dengan 'mata
ketiga' atau 'mata bathin'? Pernahkah ada yang mencoba mengamati
kehidupan 'dimensi lain' ini? Lebih tepatnya dimensi energi?
Dalam
beberapa kesempatan melewati kuburan, saya mendapatkan salam dari para
penghuni kubur ini. Saya pun membalas salam mereka tanpa saya 'mau tahu'
siapa mereka dan dari jenis makhluk apa mereka ini?. Namun suatu saat
rasa penasaran itu muncul dengan kuat, siapakah mereka-mereka ini
sesungguhnya? Jin kah? Atau jiwa orang yang sudah meninggal dunia kah?
Rasa penasaran saya akhirnya membuat saya iseng-iseng memelototi
pemakaman dan setiap gundukan kubur itu. Hasilnya? Penghuni areal
pemakaman itu, selain dari bangsa Jin ada pula jiwa orang yang telah
meninggal dunia yg masih 'bermukim' disana. Ada pula kubur-kubur yang
kosong tak berpenghuni. Tak berpenghuni? Mengapa tidak ada penghuninya?
Setelah beberapa kali (hanya satu dua kali saja ding...), ternyata yang
kosong itu bukan berarti tidak berpenghuni, melainkan si penghuni kubur
sedang bepergian entah kemana dan akan kembali ke kubur itu dalam
beberapa waktu kemudian.
Tetapi
kubur orang-orang yang dikenal taat beribadah, beramal sholeh, alim,
suci, yang lurus-lurus saja semasa hidupnya terlihat kosong. Benar-benar
tetap kosong walau dicoba intip dalam berkali-kali kesempatan. Konon
kabarnya, kubur yang kosong seperti itu adalah kondisi yang seharusnya,
sesuai dengan informasi (pelajaran agama) yang pernah saya dapat. Jiwa
mereka sudah berpindah alam, dari (dimensi) alam materi-energi ke alam
penantian yang memiliki derajat yang lebih halus (tinggi).
Namun
kubur yang kosong tidak selalu sang jiwa pemiliknya sudah berpindah ke
alam penantian, bisa jadi ia sedang ditawan - diperbudak oleh jin dan
setan sebagai bayaran atas kekayaan dan kenikmatan yang telah di
'provide' oleh setan. Setan yang selama ini menjadi gantungan harapan
mereka, setan yang selama ini membuat mereka berjaya di kehidupan
duniawi. Ada banyak peristiwa yang saya jumpai tentang nasib menyedihkan
dari jiwa orang yang semasa hidupnya mencari kekayaan materi melalui
'pesugihan' ini. Ataupun orang-orang yang dulu semasa hidupnya memiliki
ilmu yang aneh-aneh (bukan ilmu neuroscience atau fisika quantum
tentunya..). Some-day akan saya tuliskan biar mereka (yang melakukan
materialisasi melalui jalur khusus ini) pada mbaca dan kapok.. bagi yang
mbaca dan dan terus kapok tentunya lho.. hehehe.
Obyek
pengamatan diatas adalah pemakaman umat islam, bagaimana dengan
pemakaman lainnya? Dimana nisan-nisannya saja lebih mahal dari rumah
type-36 atau type yang lebih besar (Menurut info dari pengurus yayasan
ada lho kapling makam yang harganya lebih dari 600 jeti.. ck-ck-ck).
Jawabannya dapat saya duga:: lebih buaanyak jiwa yang nyangkut.
Mereka banyak yang nongkrong-nongkrong diatas pemakaman mewah mereka.
Nggak percaya..? Coba pelototin kuburan-kuburan itu. Mau siang atau
malam, terserah tak perlu takut.. paling yang akan balik melototin cuma
jin penunggu makam situ!!
Pertanyaan
lebih lanjut tentang jiwa yang nyangkut, mengapa mereka masih ada
disana? Tidak menunggu ditempat (alam-dimensi) yang seharusnya? Tubuh
Energi bisa membuat perjalanan Jiwa nyangkut Nyangkut? Tubuh Energi
adalah tubuh yang akan lebur menjadi unsur-unsur alam semesta
sebagaimana leburnya badan fisik menjadi materi tanah penyusunnya.
Definisi 'nyangkut' yang saya gunakan disini adalah tubuh energi
seseorang yang sudah meninggal dunia namun belum musnah terurai, dan
tetap melekat erat pada tubuh jiwa. Sehingga jiwa tidak dapat
melanjutkan perjalanannya menuju tempat penantian yang telah ditentukan,
di dimensi yang lebih tinggi dibanding dimensi energi. Entah sampai
kapan sang Jiwa mengalami hal itu.. wa Allahu a'lam.
Dari
pengalaman (pengalaman melihat bukan mati lho..) dan pengamatan, jiwa
yang 'betah' tersebut ada yg telah gentayangan di alam energi sejak 20
tahun lalu, 40 tahun lalu dan bahkan jauuuuuh lebih lama, ratusan bahkan
ribuan tahun boleh dikata sejak mereka 'putus kontrak' dari dunia
materi ini. (dunia yang sekarang sedang kita nikmati ini nih..).
Dalam
kondisi nyangkut tersebut, segala amalan perbuatan, ataupun doa
penyesalan mereka sudah tidak ada artinya, tidak ada gunanya, tidak bisa
menolong diri jiwa mereka sendiri. Putus sudah, tak ada satu upaya
amalan pun dari mereka yang dapat melepaskan diri mereka sendiri dari
kelekatan unsur-unsur energi. (Itu kali ye yang dimangsud dengan 'pintu
tobat masih terbuka selama nyawa belum lepas dari tenggorokan'? Ntu tuhh
baru di dunia energi, gimana di akhir zaman nanti ye..?? Mbuh ahh..).
Bahkan bisa dikatakan bahwa mereka, nggak memiliki daya dan upaya.
Ibarat buku petunjuk, mereka tidak melihat satu tulisanpun – kosong. Mau
berdoa – tidak tahu bagaimana caranya berdoa, bacaan apa yang mesti
diucapkan, kepada siapa mesti berdoa. Menyedihkan sekali.(kondisi
tersebut berbeda dengan makhluk energi yang bernama Jin. Jin yang masih
hidup mampu belajar, melihat-lihat isi Al Qur’an, bisa kita pandu dan
seterusnya). Jiwa-jiwa yang gentayangan begini cilakaknya tidak jarang
dimanfaatkan oleh para dukun untuk tujuan yang nggak bener. Sial banget
nggak tuh!! Apa penyebab Jiwa Nyangkut?
*
Kerjasama dengan makhluk energi lain dalam hal negative, seperti:
Pesugihan, muja, kadigdayaan, kesaktian dan hal-hal lain yang intinya
ada teken kontrak dengan mereka. Setelah meninggal dunia maka sang jiwa
beserta tubuh energinya menjadi ganti dari kekayaan kenikmatan yg pernah
diterima dari mereka. Ditahan.
*
Mati dalam kondisi tidak ikhlas, tidak berserah diri: masih memiliki
nafsu yang tinggi, emosi yang berlebihan, atau keinginan-keinginan (ego)
yang belum tertuntaskan. Ini sungguh pelajaran yang sangat berharga:
ikhlaskan apapun yang telah terjadi.
*
Kurang amalan ibadahnya, ini membuat jiwa tak bercahaya – suram.
Jadinya tidak punya bekal yang cukup untuk pindah dimensi.. direject.
*
Salah aqidah kepercayaan - beriman atau kafir. Jiwa orang kafir - tidak
mengakui Allah Tuhan Yang Maha Esa ini menyedihkan sekali. Sudah
nyangkut, buta lagi..
*
ilmu-ilmu yang salah, misal: Tenaga dalam yang bukan merupakan tenaga
yang murni dari potensi diri manusia melainkan bantuan makhluk energi
lain yang dilekatkan ke tubuh energi kita, Attunement Reiki yang
dilakukan oleh makhluk alam lain yang memerankan tokoh antah-berantah,
atau kalau ditarik ke atas ujung-ujungnya ke makhluk asing yang kita gak
ngerti, juga patut diwaspadai. Bukan pembukaan jalur-jalur energi
(penyelarasan) yang didapat tetapi malah pengotoran tubuh energi. Nah
loo..
* Dan lain-lain yang saya belum tahu.
Apa
solusinya bila seseorang telah meninggal namun jiwanya nyangkut
terbebani tubuh energi yang terlekati dengan sesuatu itu? Yang bisa
menolong mereka adalah manusia yg masih hidup terutama orang-orang yang
beriman dan sholeh. Tidak selalu harus anak kandung atau saudara
kandung. Bantuan doa dari mereka sedikit demi sedikit dapat mengurai
kelekatan tersebut, dengan catatan bahwa ketika ajal menjemput mereka,
mereka termasuk dalam golongan orang yang beriman kepada Allah Yang Maha
Esa. Jika mereka dalam kondisi kafir, maka.. wassalam.
Saya
jadi ingat pesan Allah yang tercantum dalam Al Qur’an, yang biasa
diucapkan oleh khotib dalam khotbah jum’at, kalau gak salah bunyinya
begini: ”wala tamuttunna ila wa antum muslimun” (mohon maaf kalau salah
nulis, dan harap maklum karena saya nggak bisa berbahasa arab).
”Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berserah diri, dalam
keadaan islam”. Itulah (mungkin) salah satu bukti kebenaran agama Islam.
Hukum yang berlaku bagi semua orang, apapun agamanya.
Seberapa
'menolong' doa yang kita panjatkan? Saya hanya bisa menduga-duga, bahwa
doa atau al-fatihah yang kita kirim, khasiatnya tergantung dari ”maqom”
kita dihadapan Allah SWT, serta ”ketulusan” kita dalam menyampaikan doa
tersebut. Ya Ketulusan. Tanpa ketulusan doa kita tidak akan berguna
bagi almarhum/ah. Bisa jadi hanya dengan sekali Al-fatihah, almarhum
langsung bebas dari segala kelekatan dan wushshsh.... berpindah ke alam
penantian yang lebih nyaman. Bisa pula beratus atau ribuan kali baru
akan terjadi. Wa Allahu a'lam bishowab.
Pernah
satu ketika saya menemukan bahwa salah satu leluhur saya masih ada
berdiam dipemakamannya, tepatnya dikaplingnya beliau sendiri. Sebelum
saya punya pengetahuan tentang hal ini, saya pernah bertanya kepada
seseorang yang saya anggap tahu. Jawabannya adalah coba kamu akekah-in,
barangkali beliau dulu waktu kecil belum (diakekah-in). Dasar saya yang
kurang pengetahuan tentang akekah ini, ya saya ngikut saja. Tetapi
setelah akekah itu saya laksanakan, beliau yang berdiam di kaplingnya
tersebut masih saja tetap disitu. Baru 4 (empat) tahun kemudian, setelah
saya menyadari dan memahami arti 3 Bekal yang akan dibawa mati, yang
salah satunya adalah 'doa anak yang sholeh', beliau sudah tidak pernah
tampak lagi di dunia energi ini.
Begitu
pula yang terjadi dengan leluhur saya yang lain, setelah saya kirim doa
dan Al-Fatihah beberapa kali (tepatnya: berkali-kali), barulah beliau
dapat melanjutkan perjalanannya ke seberang. Dengan pengalaman ini saya
sekarang rajin mengirim doa untuk para leluhur saya (kalau inget
hehehe..) dan rajin mengajari anak-anakku biar jadi orang yang sholeh
sholehah dan rajin mendoakan bapake dan mboke dengan tulus ikhlas.Wa
Allahu a'lam bishowab.
Salam
Kang Abet
No comments:
Post a Comment