Wednesday, March 28, 2012

Jiwa yang Nyangkut

Artikel ini dari blognya teman, barangkali bermanfaat.

Rasanya hampir semua orang dewasa, termasuk kita pernah berkunjung ke kuburan. Tapi mungkin saja ada yang belum pernah?? Pernahkah anda melakukan pengamatan terhadap kuburan? Kesan apa yang anda dapatkan? Seram..? tidak juga ya.. ?
Kuburan kalau kita amati bukan hanya suasana seram saja yang ada. Coba amati baik-baik.. buang lebih dulu rasa 'seram' kita. Memang sih, kalau pengamatannya dilakukan dimalam hari bisa bikin ngeri bin seyem..Apalagi kalau dilakukan sendirian dan dimalam jum’at kliwon... waoww..!! Bayangan tentang kuntilanak, wewe gombel, hantu pocong, akan berseliweran di benak kita.
Untuk mengurangi 'kesereman' coba amati di pagi hari, suasananya sangat tenang dan damai, tumbuh subur pohon kamboja dengan bunga dwiwarnanya disana.. terkadang tiba-tiba tercium bau harum yang semerbak.. Hmm.. jangan berpikir jauh dulu. Jangan biarkan ”Realitas Internal” anda mempengaruhi pengamatan anda. Ada pula pemakaman yang dilengkapi dengan taman-taman yang rapi dan indah.. Sungguh suasana yang sangat mengasyikkan. Asyik buat berdua-duaan.. buat para jin mangsudnya lho.. he..he..he..
Itu semua adalah pemandangan yang kasat mata. Bagaimana dengan kehidupan 'behind the screen'? Kehidupan yang hanya bisa dilihat dengan 'mata ketiga' atau 'mata bathin'? Pernahkah ada yang mencoba mengamati kehidupan 'dimensi lain' ini? Lebih tepatnya dimensi energi?
Dalam beberapa kesempatan melewati kuburan, saya mendapatkan salam dari para penghuni kubur ini. Saya pun membalas salam mereka tanpa saya 'mau tahu' siapa mereka dan dari jenis makhluk apa mereka ini?. Namun suatu saat rasa penasaran itu muncul dengan kuat, siapakah mereka-mereka ini sesungguhnya? Jin kah? Atau jiwa orang yang sudah meninggal dunia kah? Rasa penasaran saya akhirnya membuat saya iseng-iseng memelototi pemakaman dan setiap gundukan kubur itu. Hasilnya? Penghuni areal pemakaman itu, selain dari bangsa Jin ada pula jiwa orang yang telah meninggal dunia yg masih 'bermukim' disana. Ada pula kubur-kubur yang kosong tak berpenghuni. Tak berpenghuni? Mengapa tidak ada penghuninya? Setelah beberapa kali (hanya satu dua kali saja ding...), ternyata yang kosong itu bukan berarti tidak berpenghuni, melainkan si penghuni kubur sedang bepergian entah kemana dan akan kembali ke kubur itu dalam beberapa waktu kemudian.
Tetapi kubur orang-orang yang dikenal taat beribadah, beramal sholeh, alim, suci, yang lurus-lurus saja semasa hidupnya terlihat kosong. Benar-benar tetap kosong walau dicoba intip dalam berkali-kali kesempatan. Konon kabarnya, kubur yang kosong seperti itu adalah kondisi yang seharusnya, sesuai dengan informasi (pelajaran agama) yang pernah saya dapat. Jiwa mereka sudah berpindah alam, dari (dimensi) alam materi-energi ke alam penantian yang memiliki derajat yang lebih halus (tinggi).
Namun kubur yang kosong tidak selalu sang jiwa pemiliknya sudah berpindah ke alam penantian, bisa jadi ia sedang ditawan - diperbudak oleh jin dan setan sebagai bayaran atas kekayaan dan kenikmatan yang telah di 'provide' oleh setan. Setan yang selama ini menjadi gantungan harapan mereka, setan yang selama ini membuat mereka berjaya di kehidupan duniawi. Ada banyak peristiwa yang saya jumpai tentang nasib menyedihkan dari jiwa orang yang semasa hidupnya mencari kekayaan materi melalui 'pesugihan' ini. Ataupun orang-orang yang dulu semasa hidupnya memiliki ilmu yang aneh-aneh (bukan ilmu neuroscience atau fisika quantum tentunya..). Some-day akan saya tuliskan biar mereka (yang melakukan materialisasi melalui jalur khusus ini) pada mbaca dan kapok.. bagi yang mbaca dan dan terus kapok tentunya lho.. hehehe.
Obyek pengamatan diatas adalah pemakaman umat islam, bagaimana dengan pemakaman lainnya? Dimana nisan-nisannya saja lebih mahal dari rumah type-36 atau type yang lebih besar (Menurut info dari pengurus yayasan ada lho kapling makam yang harganya lebih dari 600 jeti.. ck-ck-ck). Jawabannya dapat saya duga:: lebih buaanyak jiwa yang nyangkut. Mereka banyak yang nongkrong-nongkrong diatas pemakaman mewah mereka. Nggak percaya..? Coba pelototin kuburan-kuburan itu. Mau siang atau malam, terserah tak perlu takut.. paling yang akan balik melototin cuma jin penunggu makam situ!!
Pertanyaan lebih lanjut tentang jiwa yang nyangkut, mengapa mereka masih ada disana? Tidak menunggu ditempat (alam-dimensi) yang seharusnya? Tubuh Energi bisa membuat perjalanan Jiwa nyangkut Nyangkut? Tubuh Energi adalah tubuh yang akan lebur menjadi unsur-unsur alam semesta sebagaimana leburnya badan fisik menjadi materi tanah penyusunnya. Definisi 'nyangkut' yang saya gunakan disini adalah tubuh energi seseorang yang sudah meninggal dunia namun belum musnah terurai, dan tetap melekat erat pada tubuh jiwa. Sehingga jiwa tidak dapat melanjutkan perjalanannya menuju tempat penantian yang telah ditentukan, di dimensi yang lebih tinggi dibanding dimensi energi. Entah sampai kapan sang Jiwa mengalami hal itu.. wa Allahu a'lam.
Dari pengalaman (pengalaman melihat bukan mati lho..) dan pengamatan, jiwa yang 'betah' tersebut ada yg telah gentayangan di alam energi sejak 20 tahun lalu, 40 tahun lalu dan bahkan jauuuuuh lebih lama, ratusan bahkan ribuan tahun boleh dikata sejak mereka 'putus kontrak' dari dunia materi ini. (dunia yang sekarang sedang kita nikmati ini nih..).
Dalam kondisi nyangkut tersebut, segala amalan perbuatan, ataupun doa penyesalan mereka sudah tidak ada artinya, tidak ada gunanya, tidak bisa menolong diri jiwa mereka sendiri. Putus sudah, tak ada satu upaya amalan pun dari mereka yang dapat melepaskan diri mereka sendiri dari kelekatan unsur-unsur energi. (Itu kali ye yang dimangsud dengan 'pintu tobat masih terbuka selama nyawa belum lepas dari tenggorokan'? Ntu tuhh baru di dunia energi, gimana di akhir zaman nanti ye..?? Mbuh ahh..). Bahkan bisa dikatakan bahwa mereka, nggak memiliki daya dan upaya. Ibarat buku petunjuk, mereka tidak melihat satu tulisanpun – kosong. Mau berdoa – tidak tahu bagaimana caranya berdoa, bacaan apa yang mesti diucapkan, kepada siapa mesti berdoa. Menyedihkan sekali.(kondisi tersebut berbeda dengan makhluk energi yang bernama Jin. Jin yang masih hidup mampu belajar, melihat-lihat isi Al Qur’an, bisa kita pandu dan seterusnya). Jiwa-jiwa yang gentayangan begini cilakaknya tidak jarang dimanfaatkan oleh para dukun untuk tujuan yang nggak bener. Sial banget nggak tuh!! Apa penyebab Jiwa Nyangkut?
* Kerjasama dengan makhluk energi lain dalam hal negative, seperti: Pesugihan, muja, kadigdayaan, kesaktian dan hal-hal lain yang intinya ada teken kontrak dengan mereka. Setelah meninggal dunia maka sang jiwa beserta tubuh energinya menjadi ganti dari kekayaan kenikmatan yg pernah diterima dari mereka. Ditahan.
* Mati dalam kondisi tidak ikhlas, tidak berserah diri: masih memiliki nafsu yang tinggi, emosi yang berlebihan, atau keinginan-keinginan (ego) yang belum tertuntaskan. Ini sungguh pelajaran yang sangat berharga: ikhlaskan apapun yang telah terjadi.
* Kurang amalan ibadahnya, ini membuat jiwa tak bercahaya – suram. Jadinya tidak punya bekal yang cukup untuk pindah dimensi.. direject.
* Salah aqidah kepercayaan - beriman atau kafir. Jiwa orang kafir - tidak mengakui Allah Tuhan Yang Maha Esa ini menyedihkan sekali. Sudah nyangkut, buta lagi..
* ilmu-ilmu yang salah, misal: Tenaga dalam yang bukan merupakan tenaga yang murni dari potensi diri manusia melainkan bantuan makhluk energi lain yang dilekatkan ke tubuh energi kita, Attunement Reiki yang dilakukan oleh makhluk alam lain yang memerankan tokoh antah-berantah, atau kalau ditarik ke atas ujung-ujungnya ke makhluk asing yang kita gak ngerti, juga patut diwaspadai. Bukan pembukaan jalur-jalur energi (penyelarasan) yang didapat tetapi malah pengotoran tubuh energi. Nah loo..
* Dan lain-lain yang saya belum tahu.
Apa solusinya bila seseorang telah meninggal namun jiwanya nyangkut terbebani tubuh energi yang terlekati dengan sesuatu itu? Yang bisa menolong mereka adalah manusia yg masih hidup terutama orang-orang yang beriman dan sholeh. Tidak selalu harus anak kandung atau saudara kandung. Bantuan doa dari mereka sedikit demi sedikit dapat mengurai kelekatan tersebut, dengan catatan bahwa ketika ajal menjemput mereka, mereka termasuk dalam golongan orang yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Jika mereka dalam kondisi kafir, maka.. wassalam.
Saya jadi ingat pesan Allah yang tercantum dalam Al Qur’an, yang biasa diucapkan oleh khotib dalam khotbah jum’at, kalau gak salah bunyinya begini: ”wala tamuttunna ila wa antum muslimun” (mohon maaf kalau salah nulis, dan harap maklum karena saya nggak bisa berbahasa arab). ”Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berserah diri, dalam keadaan islam”. Itulah (mungkin) salah satu bukti kebenaran agama Islam. Hukum yang berlaku bagi semua orang, apapun agamanya.
Seberapa 'menolong' doa yang kita panjatkan? Saya hanya bisa menduga-duga, bahwa doa atau al-fatihah yang kita kirim, khasiatnya tergantung dari ”maqom” kita dihadapan Allah SWT, serta ”ketulusan” kita dalam menyampaikan doa tersebut. Ya Ketulusan. Tanpa ketulusan doa kita tidak akan berguna bagi almarhum/ah. Bisa jadi hanya dengan sekali Al-fatihah, almarhum langsung bebas dari segala kelekatan dan wushshsh.... berpindah ke alam penantian yang lebih nyaman. Bisa pula beratus atau ribuan kali baru akan terjadi. Wa Allahu a'lam bishowab.
Pernah satu ketika saya menemukan bahwa salah satu leluhur saya masih ada berdiam dipemakamannya, tepatnya dikaplingnya beliau sendiri. Sebelum saya punya pengetahuan tentang hal ini, saya pernah bertanya kepada seseorang yang saya anggap tahu. Jawabannya adalah coba kamu akekah-in, barangkali beliau dulu waktu kecil belum (diakekah-in). Dasar saya yang kurang pengetahuan tentang akekah ini, ya saya ngikut saja. Tetapi setelah akekah itu saya laksanakan, beliau yang berdiam di kaplingnya tersebut masih saja tetap disitu. Baru 4 (empat) tahun kemudian, setelah saya menyadari dan memahami arti 3 Bekal yang akan dibawa mati, yang salah satunya adalah 'doa anak yang sholeh', beliau sudah tidak pernah tampak lagi di dunia energi ini.
Begitu pula yang terjadi dengan leluhur saya yang lain, setelah saya kirim doa dan Al-Fatihah beberapa kali (tepatnya: berkali-kali), barulah beliau dapat melanjutkan perjalanannya ke seberang. Dengan pengalaman ini saya sekarang rajin mengirim doa untuk para leluhur saya (kalau inget hehehe..) dan rajin mengajari anak-anakku biar jadi orang yang sholeh sholehah dan rajin mendoakan bapake dan mboke dengan tulus ikhlas.Wa Allahu a'lam bishowab.

Salam
Kang Abet

No comments:

Post a Comment

Advertising