Tuesday, February 22, 2011

Saraba Ampat

Ingredients:
Syair ini menurut cerita dari mulut ke mulut berasal dari seorang Datu di tanah Banjar (Kalimantan Selatan) bernama DATU SANGGUL di sekitar abad ke - 18 Masehi. Dikutip dari tulisan lama tanpa nama dan tanpa tanggal (tarikh) yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.

Syair SARABA AMPAT mengisyaratkan kedalaman pengetahuan si-Penyair dengan gaya bahasa daerah menurut zamannya, ditambah pula dengan "raqam" untuk menambah kejelasan terhadap syair tersebut. Sekurang-kurangnya dalam mengacu kepada penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam atau kemungkinan sebagai bahan bandingan.


SARABA AMPAT


Allah jadikan saraba ampat
Syariat Thoriqat Hakikat Makrifat
Menjadi satu di dalam khalwat
Rasanya nyaman tiada tersurat

Huruf Allah ampat banyaknya
ALIF `itibar dari pada Zat-Nya
LAM AWAL dan AKHIR sifat dan asma
HA isyarat dari ap`al-Nya

JIBRIL - MIKAIL malaikat mulia
Isyarat sifat JALAL dan JAMAL
IZRAIL - ISRAFIL rupa pasangannya
`Itibar sifat QAHAR dan KAMAL

JABAR - AIL asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran Allah itu artinya
JALALULLAH bahasa Arabnya

NUR MUHAMMAD bermula nyata
Asal jadi alam semesta
Saumpama api dengan panasnya
Itulah Muhammad dengan Tuhannya.

Api dan banyu tanah dan hawa
Itulah dia alam dunia
Menjadi awak barupa rupa
Tulang sungsum daging dan darah

Manusia lahir ke alam insan
Di alam Ajsam ampat bakawan
Si TUBANIYAH dan TAMBUNIYAH
URIAH lawan Si CAMARIAH

RASA dan AKAL, DAYA dan NAFSU
Didalam raga nyata basatu
AKU meliputi segala liku
Matan hujung rambut ka ujung kuku

TUBUH dan HATI, NYAWA - RAHASIA
Satu yang zhohir amat nyatanya
Tiga yang batin pasti adanya
ALAM SHOGHIR itu sabutnya

MANI-MANIKAM-MADI dan MADZI
Titis manitis jadi manjadi
Si Anak Adam balaksa kati
Hanya tahu Allahu Rabbi

Ka-ampat ampatnya kada tapisah
Datang dan bulik kepada Allah
Asalnya awak dari pada tanah
Asalpun tanah sudah disyarah

Dadalang Simpur barmain wayang
Wayang asalnya si kulit kijang
Agung dan Sarun babun dikancang
Kaler bapasang di atas gadang

Wayang artinya si bayang-bayang
Antara kadap si lawan tarang
Samua majaz harus dipandang
Simpur balalakun hanya saorang

SAMAR, BAGUNG si NALAGARING
Si JAMBULITA suara nyaring
ampat isyarat amatlah panting
Siapa handak mencari haning


Syair ini berbahasa Melayu-Banjar. Kalau memang benar bahwa syair ini adalah dari Datu Sanggul (panggilan untuk seorang Auliya di masa itu dengan sebutan Datu) maka bila dihubungkan dengan kegemaran beliau "menyanggul binatang" (menunggu binatang buruan) sambil bersenandung kecil, yang juga kedudukan beliau yang diberikan sebutan oleh masyarakatnya sebagai seorang Waliullah, maka syair dalam nada-nada Ke-Tuhanan itu cenderung untuk mengakui bahwa syair itu dari beliau. Sepanjang kisah, bila beliau menginginkan binatang buruan untuk makanan anak kampung/desa, beliau cukup "menyanggul" (menunggu) datangnya binatang buruan yang menyerahkan dirinya sebagai korban, sambil bersenandung dengan syair-syair Ke-Tuhanan. Ada sementara catatan bahwa nama asli beliau adalah ABDUL JALIL (Syekh Abdul Jalil)



Arti kata-kata dalam syair:


Khalwat = dzikir/ibadat ditempat yang sepi


Banyu = air


Awak barupa-rupa = tubuh yang bermacam bentuk/rupa


Di Alam Ajsam ampat bakawan = diperut ibu sudah berbentuk manusia dan bersama dengan empat kejadian yang lain


Tubaniah = air ketuban


Tambuniah = Tembuni


Uriyah = ari-ari/uri


Camariah = darah yang mengiringi kelahiran anak


Basatu = bersatu


Segala liku = segala ruang


Matan = dari


Sabutnya = namanya


Balaksa kati = angka yang tak terbatas


Laksa = 10.000


Kati = 100.000


Kada Tapisah = tidak terpisah


Sudah disyarah = sudah dijelaskan


Dadalang Simpur = Dalang yang bernama Simpur


Agung = gong


Sarun = saron


Babun dikancang = genderang dikencangkan talinya


Kaler = kain layar untuk bermain wayang


Gadang = batang pisang


Antara kadap silawan tarang = antara gelap dan terang


Majaz = bayang (arab)


Saurang = sendiri


Balalakun = berbuat sekehendaknya


Samar = Semar


Bagung = Bagong


Nalagaring = Gareng


Jambulita = Petruk


Haning = hening

Papa kok pulangnya lama ...?

Walau bagi sebagian orang kisah ini biasa, atau bahkan banyak yang sudah membaca. Namun bagi saya sangatlah berarti, karena mengingatkan akan si buah hati...yang selalu menantikan diriku dirumah.

"Papa kenapa pulangnya koq lama?"
=============================


Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab,
"Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?" Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya.

"Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi.

Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah". "Tapi Papa..."

Kesabaran Andrew pun habis.

"Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya.

Anak kesayangannya itu belum tidur.

Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ?

Kalau mau beli mainan, besok kan bisa."

Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew "Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam.

Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini". "lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi.. karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.

Monday, February 21, 2011

Sebuah dialog

Disini, ..
aku pernah duduk termenung
tapi tidak menangis
memandang tubuhku yang mencakung di cermin
ah, ... dia malah melototiku

            kau sekarang telah berubah ......, katanya

aku tetap membisu
tapi tidak menangis
tapi tidak merintih
kupandangi lagi tubuhku yang kurus di cermin
dia masih bertolak pinggang
tapi tidak melotot

            tunjukkan identitasmu .... , katanya

aku tertunduk
tapi tidak menangis
tapi tidak merintih
tapi kali ini merenung
ada yang sesak di dada
ada yang tersumbat di kerongkongan

            kau benar, ... desisku akhirnya

lalu aku menengadah
tapi cermin itu kini kosong
tak ada sepotong tubuhpun tergambar disitu

dan aku kembali tertunduk
tapi kali ini menangis
dan merintih

            mengapa kau menghilang ?!!!, tanyaku putus asa

tapi tanya itu
tak pernah terucap dari bibirku

                                                                                                            15/12/94

Sunyiku adalah ....

Sunyiku adalah,
ilalang yang tengah tengadah
menatap langit
kering
Sepiku adalah,
sepetak sawah yang merekah
serasa hendak menelan sekawanan pipit

oh.. adakah setetes air
‘tuk pelicin ludahku
yang serasa tersangkut dikerongkongan
......      dan bagaimana aku bisa berteriak
            memanggil namamu
            sedang berbisikpun
            aku sudah tak mampu lagi.....

                                                            Hr:29/12/94

Kau sentil dawai gitarku sejenak

Kau sentil dawai gitarku sejenak

Kau sentil dawai gitarku sejenak
getarnya masih kudengar disini
kusimpan dalam malam
kukenang dalam kelam

lama sudah tak kudengar suaranya
tiba-tiba kau singgah sekejap
tapi dengungnya rasa seabad
ach.... mainkanlah sekali lagi
            aku kan setia mendengarnya
            asal kau kan tetap tinggal disini

                                                            Hr:03/03/95

Yang mirip daun daun

apakah yang terasa
disaat sepi, rindu dan bingung
yang saling bertaut
datang menyekup hati
mungkin mirip daun-daun
yang melepas diri dari tangkainya
tapi tak pernah tiba ditanah
karena angin malayangkannya
entah kemana ......?

Keakraban

keakraban hidup dan mati
dilepas dan terlepas
betapa terpencilnya hidup
bagai malam yang tidur

            gagal melapal sendi gelap
            kekraban makin akrab
            wangi mawar dan racun dupa
            yang bertemu memadu janji
            menyirami sesuatu

tapi aku sedia pergi
dari segala musim
dari segala belengu
menuju akrab abadi
membuka gerbang semula

Galau itu muncul lagi


bulan,..
aku ingin katakan padamu
tentang seorang lelaki
.........   dibahunya resah bergantung
.........   didadanya bergemuruh ombak

katakan padaku, ..
jalan mana yang harus ditempuhnya
‘tuk sampai kesuatu telaga
.........   tempat biduknya bersandar
.........   tempat lelahnya bergayut
   
bulan,..           
dihatinya perang berkecamuk, aku tahu itu !
setelah sofa dan marwa ditempuhnya
dan diteguknya sepoci teh manis
tak mampu itu memadamkan gemuruh didadanya
           
            didepannya jalan berkabut
            ditangannya rotan membelengu
            dikakinya duri merajam

ingin dipintalnya awan
agar matahari tak membakarnya
ingin dirajutnya bianglala
‘tuk memandu jalannya

            tapi bagaimana dia bisa ..... ?!!!
            sedang awanpun sudah tak bersahabat lagi
            dan bianglalapun enggan menyapanya
  
25/4/99

Ketika kudengar tentang suatu pertunangan


ada sepi yang merayap pasti
ingin kutanya padamu, oo ...Juwitaku
adakah kau tengok hati gersang yang teronggok disudut sunyi
dalam kabut ragu yang beralun sendu

ingin kutatap wajahmu, oo .... Juwita
walau itu hanya bayang-bayangmu
yang tersenyum bergantung dalam khayal-khayal belaka
yang berlari dan makin menjauh

dirimu,oo ... Juwita
mengapa menghilang dikala hatiku sedang biru
dikala gemuruh rindu berpacu dengan  sunyi
dikala aku ingin menambatkan sauhku

dirmu melangkah mengikuti garis
yang menuntun jalanmu
menggapai hidup yang lain
meninggalkan pesangrahan ciptaan kita

……………
……………
……………

Juwita ...............
kugeluti hari-hariku yang baru
di sela-sela wajah ayumu yang berloncatan
yang makin memudar dari bilik hati

ketika kudengar suara berbisik tentang  ....
s u a t u  p e r t u n a n g a n

"kawin lari"

diatas biduk kudayung
kenangan saat kularikan adinda sesaat lalu
jika lelah kau rebahkan kepalamu ke dadaku :

            masakan tak kupintal awan agar hujan tak turun-turun
            masakan tak kuasah air matamu jadi mutiara penghias taman
            masakan tak kulawan selaksa perompak yang coba menghadang jalan kita

kemarin kubikin dayung dari kayu pohon waru
sedang untukmu kubuatkan sebuah bangku kecil
dan sebuah topi mungil kuanyam dari daun pandan
yang kasar buatannya memang
lalu kan kutiup mentari dan kujalin mendung
asal putih kulitmu uth licin tetap

kalau kau mau,
kan kupanggil empat puluh buaya abdi jaka tingkir
‘tuk pengiring kita
dan seribu bunga padma kan kusuruh bawa biduk kita ke taman eden
(sedang diatasnya kita bisa bercengkrama tentang tanah kelahiran yang baru saja kita tinggalkan)

            diatas biduk kudayung
            tidurkan kepenatanmu di bahuku
            kan kuusir bulan yang coba mengintip paras cantikmu
            lalu kualunkan sebuah tembang yang bercerita
            tentang tujuh bidadari mandi telaga
            agar kau tertidur lelap

sebentar
adindaku, ............
kan kubikin tangga dari senyummu
ke taman eden
dan,
kita berbulan madu
disana
...................                                                                 

Asa ...

Kalau kutahu begini jadinya
Takkan kutuang asa dalam pikiranmu
Takkan kusebar asa dalam hati dan jiwamu
Kutahu perih dan pedihnya hatimu

Tapi akupun tahu....
Kutak mampu mengobatinya
Atau membalutnya dengan kasih sayangku

Karena........

Kutahu asa itu dariku
Tapi aku sungguh tak mampu
'Tuk merubahnya menjadi
seonggok keputusasaan
Karena dari asa yang kutebar,
dan kau terima itulah
kudapatkan kebahagiaan

Tapi......

Kusegera sadar,
Bahwa masih ada
Sekeping hati yang menanti disana
Yang telah kusirami cintanya
Dengan kasih sayangku

Maafkan aku, teman
Asa yang kutebar mungkin salah arah
Tapi sungguh kutak mampu
'Tuk mengubah haluannya

Memory November 1993

Sepi ...

Semburat jingga memancar di kejauhan
Pesona alam membuatku terpukau
Kutermenung sendiri
Disini.......
Sepi......

Kutahu engkau disisiku
Tetapi,
Mengapa kebekuan
yang harus hadir
di antara kita

Angin malam berdesir
Membelai lembut jiwaku
Tetapi hatiku makin pilu
Karna kulihat dusta di matamu

Kucoba menyingkirkan
rasa keraguanku
Kucoba menghilangkan
rasa curigaku
Tetapi engkau membisu
dan tak mau tahu

Ketika kutinggalkan,                                                                                     
engkau tetap membisu
Tak kau rangkul hatiku
dengan kelembutanmu

Ketika kumelangkah
dalam kesendirian
Kutahu sepi itu masih milikku

Sua ...

Sua demi sua kita lalui
            Dalam ketak acuhan pribadi
            Sampai batas waktu kutapak
            Kau masih tak tampak

            Kini batas waktumu yang kau tapak
            Tapaklah dalam percaya diri

De ... II

keadaan kini, de ...
itu yang bikin aku ragu
begitu sulit ................
ya .......... begitu sulit memang ...!!!
ach ........ andai saja

andai saja mawar dalam pelukanmu itu
tetap putih dan suci
dan pot bunga duniamu tetap bersih
berkilauan
niscaya tak kan ragu ku ‘tuk menyuntingnya
ya ..... andai saja kelabu itu tak terlanjur menutup
binar bola matamu, de ...

De ... I

kalbuku bimbang saat ini, de ....
kurasa, aku mulai menyukaimu
bagaimana tidak .....?

            namamu selalu mengiang disudut kamarku
            parasmu selalu mengusik sunyi malamku
            dendang suaramu menyelimuti resah tidurku

walaupun aku tahu keadaanmu saat ini
rasa-rasanya itu tak mengurangi rasa simpatiku
kucoba menyelami jiwamu
kuceoba mengenali dirimu lebih dalam lagi
tapi jawabnya ................ yang itu itu juga
.................... kurasa aku memang menyukaimu .....?!

dan hari - hari setelah kepindahanmu itu, de ...
aku merasa kehilangan sesuatu

sering ......
sering kusebut namamu perlahan-lahan

dalam setiap langkahku
dalam tarikan napasku
dalam teguk liurku

oh  de .....!!!
tolong bantu aku mewujudkan nuansa ini
agar aku tak terlelap dalam kebimbangan



Saya Mencintai Kamu

Aku duduk di sini malam ini
Dan hanya memikirkan kamu.
Berharap kamu ada disampingku
seperti yang selalu aku lakukan.

Aku tahu bahwa kita akan bertemu suatu hari nanti.
Dan Ketika hari itu tiba
kita akan mempunyai banyak waktu untuk saling memandang
tersenyum, dan berbagi
dan langit kita tidak lagi kelam.

Di dalam waktu ini kita memang terpisah,
Aku mengetahui bahwa kita adalah ada di dalam hati yang lain
Dan akan tetap seperti itu
Sama seperti baru pertama kita bermula

Kamu menjadi bagian dari aku,
dan aku menjadi bagian dari kamu.
Itu adalah sesuatu yang sangat khusus
dan sangat benar.

Sentuhan lembut mu
Aku sangat merindukan itu
Bagaimana bisa seseorang
Menyimpan atau memelihara sesuatu yang jauh
Dan terasa begitu dekat
itu menjadi sebuah momen yang sangat hebad
dan sangat mahal di kehidupan ini.

Tetaplah ingat…
Bahwa ………
saya mencintai kamu

Sunday, February 20, 2011

Kesima

kulihat gaun ungumu diantara putihnya awan
sedang merah ronamu melukis pelangi di langit biru
           
            kesima ......?!!!
            ya ...... mengkin itu yang sedang kualami

ketika kau lempar biru senyummu dalam telaga warnaku
samar membayang, lalu menyatu dalam pijar bola matamu
  
15/09/92

puisi rindu II

datanglah,
ingin kurasa lagi kepalamu yang menyandar di bahuku

semalam,
perjalanan memang terasa pendek
sedang aku tak sempat mengusap licin rambutmu
tapi harumnya kini menggugah rinduku

5/04/88
--------

Puisi rindu I

Sudah tiga puluh purnama ‘dawai gita’ku tak kumainkan
nadanyapun mungkin sudah ku lupa
ya ......
hanya dikau yang dulu suka memainkannya untukku
            (sementara tanganku telaten menjalin kepang rambutmu
            yang lepas ketika berlari kecil menyongsongku).............

kini ......
tiba-tiba saja aku ingin menikmatinya lagi
tapi bagaimana aku bisa ........?
sedang wajahmu pun sudah kulupa .....?


03/04/88
----------



    Asal kau tau ...

    Asal kau tau…

    Hidupmu adalah hidupNya
    Nafasmu adalah nafasNya
    Darahmu  adalah darahNya
    Jasadmu adalah jasadNya

    Jibbril, mikail, isrofil, izroil adalah miliknya

    Asal kau tau …

    Adalah air ketuban, jasad … darah …tali  pusar dan ari ...
    Awal rantai kehidupan ….

    Asal kau tau …

    Tirulah sifat  air sebagai yang pertama
    Karena Selalu berjalan ditempat yang rendah
    Karena jalannya air tidak kenal putus asa
    Walau setinggi dibendung
    Berhenti bukan berarti  diam … sabar …
    Menanti yang lain agar berkumpul dan menjangkau
    Tak berhenti mencari celah sekecilpun
    Untuk dilalui….

    Asal kau tau…
    Jangan kau tiru sifat darah sebagai yang ketiga setelah kau
    Karena dia berwarna merah …
    Kuasakan dan kendalikan …


    Asal kau tau ...
    Jangan kau tiru sifat angin sebagai yang keempat
    Karena dia tdk memiliki arah yg pasti
    Selalu menunggu sebab untuk memulai

    Asal kau tau…

    Sjati, Slanggeng, Slana Sjaya
    Air, api, Angin dan bumi adalah alamNya
    Perumpamaan dengan sifat hidup
    Sabar, amarah, menerima dan iklas …

    Asal kau tau…

    Arah yang kau tempuh adalah dua
    Surga dan neraka ….
    Ada dimana …

    Asal kau tau …

     “ada dalam perbuatanmu”


    Advertising