Friday, September 23, 2011

Wejangan Soekarno

Wedjangan Revolusi



Engkau nanti akan melihat matahari terbit, djadilah manusia jang berarti, manusia jang manfaat, manusia jang pantas untuk menjambut terbitnja matahari. Jang pantas menjambut terbitnja matahari itu hanja manusia-manusia abdi Tuhan, manusia-manusia jang manfaat. Ibu menghendaki aku mendjadi manusia jang pantas menjambut terbitnja matahari, oleh karena aku dikatakan oleh Ibu adalah anak fadjar. Tuhan memberi otak kepada manusia, memberi pikiran kepada manusia. Tuhan memberi djuga rasa kepada manusia. Hanja manusia jang otaknja tjerdas, rasa hatinja baik, kenang-kenangannja tinggi, bisa mendjadi manusia jang manfaat.

"Bertjita-tjitalah", h: 7

“Berdikari”

Saja sekarang berkata kepada Rakjat Indonesia, hai Rakjat Indonesia, Saudara-saudara kita semuanja, dari Sabang sampai ke Merauke, 104 djuta manusia, kita sekarang, Saudara-saudara bukan lagi mendjadi anggota dari PBB. Mari kita berdiri diatas kaki kita sendiri. Djikalau kita memang satu bangsa jang merdeka, dan memang kita adalah satu bangsa jang merdeka, mari kita berdiri diatas kaki sendiri.

“Mahkota Kemerdekaan” h: 7.

Bangkit!

Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak; diberi pegangan atau tidak diberi pegangan; di beri penguat atau tidak diberi penguat, – tiap-tiap mahluk, tiap-tiap umat, tip-tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnja berbangkit. Pasti achirnja bangun, pasti achirnja menggerakan tenaganja, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan tjelakanja diri teraniaja oleh suatu daja angkara murka! Djangan lagi manusia, djangan lagi bangsa, walaupun tjatjingpun tentu bergerak berkeluget-keluget kalau merasakan sakit!

“Indonesia Menggugat” h: 68.

Bangsa dan Ras

Faham ras (djenis) ada setinggi langit bedanja dengan faham bangsa, oleh karena ras itu ada suatu faham biologis, sedangkan nationaliteit itu suatu faham sosiologis (ilmu pergaulan hidup).

“Dibawah Bendera Revolusi” h: 4.

Bangsa jang Besar

Kita bukan bangsa jang tempe, kita adalah bangsa jang Besar, dengan Ambisi jang Besar, Tjita-tjita jang Besar, Daja-Kreatif jang Besar, Keuletan jang Besar… Bangsa jang Besar, bangsa jang Hanjakrawarti-hambaudenda. Bangsa jang demikian itulah hendaknja bangsa Indonesia!

“Manipol”- h: 85.

Dekadensi

Penjelewengan terus-menerus menjebabkan dekadensi. Kadang-kadang, dekadensi jang berpuluh-puluh tahun lamanja, menjebabkan mengamuknja suatu revolusi baru.

“Manipol” h: 53.

Batja: Penjelewengan didalam Revolusi.

Deklarasi Bogor

Sudah tentu pertemuan-pertemuan untuk persatuan djugalah penting, tetapi pertemuan-pertemuan itu sifatnja membantu, sedang jang pokok tetaplah persatuan jang lahir dari aksi. Dalam hubungan ini kita harus tjatat pertemuan Bogor jang menghasilkan “Deklarasi Bogor” jang diadakan atas inisiatipku dan jang lain kupimpin sendiri. Aku setudju dengan adanja suatu “tata-krama Nasakom”. Di Indonesia, perkembangan Nasionalisme, perkembangan agama, dan perkembangan Komunisme didjamin. Ketiga-tiga aliran itu harus bekerdja sama setjara rukun. Masing-masing tidak diperkenalkan membitjarakan aliran jang lain setjara jang merugikan aliran lain itu. Djuga propaganda anti-nasionalisme, anti-Agama dan anti-Komunisme dilarang.

“Berdikari”.

Dentam-berdentam-gegap-gempita

Revolusi Indonesia adalah “razende inspiratie van de Indonesische geschiedenis”, – inspirasi dentam-berdentam gegap-gempita daripada Sedjarah Indonesia – siapakah dapat memastikan sedjarah, siapakah dapat mematikan Revolusi Indonesia, inspirasi dentam-berdentam-gegap-gempita daripada Sedjarah itu?

“Tavip” h: 8.

Dialoog

Dalam tiap pertemuan 17 Agustus, dalam tiap pertemuan dengan Lembaga Tertinggi Revolusi sebagai sekarang ini, saja seperti mengadakan satu dialoog dengan Rakyat. Satu pembicarakan-timbal- balik antara saja dan Rakyat, antara Ego-ku dan Alter-Ego-ku.

***

Petundjuk, nasehat, korreksi, retooling, andjuran, konsepsi, zelfkritiek, penerangan, pembakaran semangat, penggarisan strategi, penetapan taktik, pendorongan dan sekali lagi pendorongan, – semua itu harus meluap-luap dalam dialog jang saja adakan dengan Rakjat pada tiap-tiap saat 17 Agustus itu.

“Gesuri”.

***

Podium [17 Agustus] ini saja pergunakan sebagai tempat dialoog Sukarno-pribadi dengan Sukarno-Pemimpin Besar Revolusi, tempat dialoognja Sukarno-Pemimpin Besar Revolusi dengan Rakyat Indonesia jang ber-Revolusi.

“Tavip” h: 6.

Djembatan Emas

Teriakkanlah sembojan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi itu dengan suara jang mendengung menggetarkan langit, gemuruh sebagai guruhnja guntur. Dengungkanlah sampai melintas tanah datar dan gunung dan samudra, bahwa Marhaen diseberangnja Jembatan-emas akan mendirikan suatu masjarakat jang tiada keningratan dan tiada keburdjuisan, tiada kelas-kelasan dan tiada kapitalisme.

“DBR” h: 322.

Gita

Dentamnja Revolusi, jang kadang-kadang berkumandang pekik-sorak, kadang-kadang bersuara jerit-pahit, sebagai satu keseluruhan kita dengarkan sebagai satu njanjian, satu simfoni, satu gita, laksana dentumnja gelombang samudra jang bergelora pukul-memukul membanting di pantai, kita dengarkan sebagai satu gita kepada Tuhan jang amat dahsjatnja.

“Tavip” h: 10.

Ho-lopis-kuntul baris

Pengedjawantahan kesadaran sosial itu ialah persatuan, gotong rojong semangat jang saja namakan semangat “ho-lopis-kuntul-baris”. Semangat persatuan, semangat gotong-rojong, semangat “ho-lopis-kuntul-baris” itu adalah sjarat mutlak bagi terselenggarakannja masjarakat adil dan makmur.

“Manipol” h: 67.

Hoogste gezagdrager

Ordening politik-ekonomis-sosial itu dus sebenarnja adalah kekuasaan pokok, – hoogste gezagdrager – daripada kehidupan nasional kita ini. Autoriteit jang tertinggi dalam kehidupan Nasional kita itu, autoriteit Tjakrawarti dalam Revolusi kita itu, adalah ordening kollektif jang saja maksudkan itu.

“Manipol” h: 68.

Hukum-hukum Revolusi

Sekarang Roda Revolusi sudah berputar kembali atas dasar Hukum-hukum klassik dari semua Revolusi. Apakah Hukum-hukum klassik daripada Revolusi itu?

Satu: Tiada Revolusi djikalau ia tidak mendjalankan konfrontasi terus-menerus – confrontasi de tous les jours.

Dua: Tiada Revolusi djikalau ia tidak berupa satu disiplin jang hidup, disiplin dibawah satu pimpinan.

“Gesuri”.

Introspeksi

Pada hari 17 Agustus kita mengadakan introspeksi kepada diri sendiri, sudahlah kita melakukan segala kewadjiban jang harus kita lakukan?

“Djarek” h: 108.

Irama Revolusi

Segala pasang-naik dan pasang-surutnja perdjoangan, segala pukulan jang kita berikan dan pukulan jang kita terima, adalah iramanja perdjoangan, iramanja Revolusi.

“Tavip” h: 10.

No comments:

Post a Comment

Advertising